Friday, May 31, 2013

Agar Pulsamu Tak Sekarat

Hand phone (HP) dan pulsa ibarat tubuh dan nyawa. Jika pulsa tak ada, maka HP ibarat benda mati saja. Lho, siapa bilang HP itu makhluk hidup? HP tetap saja benda mati selamanya, hanya saja tanpa pulsa maka banyak sekali fungsi-fungsi handphone sebagai alat komunikasi yang tidak berguna.

3 April 2013 yang lalu tepatnya pukul 23.30 WIB menjelang tengah malam, saya terbangun kaget karena HP berbunyi. Siapa gerangan telepon malam-malam begini. Di layar HP, nampak nama suami saya terpampang jelas di sana.  Ada apa ya?  Baru jam 23.30 lha kok nelpon saya?. Semakin kaget saya karena  suara peneleponnya ternyata bukan suami saya.

“ Ibu…mohon maaf sebelumnya, mungkin Ibu kaget karena bukan suami ibu sendiri yang berbicara. Saya Anwar Bu…Ibu yang tabah ya…Bapak kecelakaan bu..tetapi Ibu tenang saja..sekarang Bapak sedang ditangani pihak rumah sakit..yang tabah ya Bu..”
Siapa yang tidak kaget dengar berita mengejutkan seperti ini. Saya yang tadinya ngantuk langsung melek sempurna.
“ Maaf….ini berita sungguhan kan? Bapak tidak sedang menipu saya kan? “ Saya jelas mulai panik luar biasa.
“Ibu…yang tabah ya…ini sekarang suami Ibu mau bicara…”
Yang…aku nggak papa…Sayangku nggak usah khawatir “
DEG…Itu…benar-benar suara suami saya…lalu tiba-tiba..KLIK..HP pun mati.

Thursday, May 23, 2013

Ummi…Aku Nggak Mau “Inta Awoh”


Setiap kali mau berangkat ke kantor tempatku bekerja, Farras gadis cantikku selalu meminta dibawakan sesuatu.” Sesuatu” yang jadi favoritnya adalah es krim coklat.
“ Ummi…nanti bawakan ekim (baca=es krim) ya…” begitu selalu pesannya. Salah Saya juga sih, menawarinya es krim hanya untuk menghiburnya saat ditinggal ke kantor. Ya…sehari-hari Saya tidak bisa menemaninya full di rumah karena harus bekerja. Alhamdulillah tempat kerjaku tidak jauh dari rumah, sehingga saat istirahat kantor saya bisa pulang ke rumah. Karena saya berjanji membawakan es krim, jadinya dia ‘nagih’ terus setiap kali Saya pulang.
“ Ya…mau yang rasa apa? “
“ Hm…rasa apa ya…yang cokat (baca=coklat) ya Mi..”
Di usianya yang 3.5 tahun, Farras memang masih latihan berbicara. Sebenarnya,  kosakatanya sudah banyak. Hanya kadang-kadang pengucapannya belum terlalu jelas. Alhamdulillah, Saya sebagai ibunya masih bisa mengerti maksud ucapannya.
“ Ya…Insya Allah ya…mudah-mudahan Ummi nggak lupa ya “ begitu jawab saya.
Begitu jam istirahat kantor tiba (jam 12.00 WIB) saya pulang ke rumah dan sudah disambut dengan Farrasku.
“ Ummi, mana ‘ekim’ku…?”
“ Lho..Masya Allah…Ummi lupa…maafkan Ummi ya Farras…”
“ Mana ekimku mi…” dia terus me’nagih’ku. Rupanya dia ingat terus janji Umminya. Saya berusaha menjelaskan mengapa Saya sampai lupa membawakannya es krim dan tidak lupa meminta maaf atas ‘kesalahan’ saya ini. Walau sedikit cemberut, Farras berusaha mengerti.  Sayangnya, keesokan harinya saya masih mengulangi kesalahan saya. 

Wednesday, May 8, 2013

Pacaran..Nggak Deh Ya...


Waktu  SMP dulu, sebenarnya Saya pernah ‘naksir’ sama seorang temen sebut saja si A. Umumnya idola cewek adalah cowok yang pinter, alim, jago olahraga juga kelebihan-kelebihan lainnya. Tapi justru Saya tidak..Saya malah naksir si A yang bandelnya gak ketulungan, super cuek dan tukang terlambat. Ini kali ya..yang namanya cinta monyet, ups…nggak mau ah, lha wong Saya bukan monyet. Lebih tepat cinta pertama. Cinta ? apa pula artinya..kayaknya nggak pas juga istilahnya. Tetapi yang jelas, itu kali pertama Saya merasa tertarik dengan seorang laki-laki. Untungnya Saya terlalu pemalu untuk menunjukkan rasa suka pada si A. Jadinya perasaan suka (lebih tepatnya tertarik) Saya simpan rapat-rapat. Tak satupun orang yang tahu, kecuali Saya sendiri dan juga Anda tentunya yang membaca kisah Saya ini. Waktu itu…Saya belum paham, kalau dalam Islam memang pacaran itu dilarang. Sampai lulus SMP, perasaan itu masih tersimpan rapat sampai hilang dengan sendirinya. Karena kebetulan Saya dan si A tidak satu SMA.
Jaman SMA, lagi-lagi juga Saya pernah naksir seorang teman (sebut saja si B) yang usilnya minta ampun…dia sering banget ngusilin Saya. Anak yang super jail di kelas. Sehari saja tidak masuk kelas, sudah pasti kelas terasa sunyi senyap. Walau begitu diem-diem Saya menaruh hati sama si B. Mungkin di mata temen-temen akrab Saya waktu itu, Saya nampak aneh…wanita yang frigid alias dingin alias nggak doyan laki-laki…secara tampilan Saya memang jauh..dari sosok feminin. Mungkin kalau seragam sekolah bebas (tidak harus pake rok), Saya bakal milih pakai celana. Saya juga paling nggak bisa dandan layaknya cewek pada umumnya yang selalu tampil cantik dan menarik. Jelas saja dengan tampilan Saya yang ala kadarnya, sudah pasti juga kayaknya temen laki-laki Saya juga nggak bakalan naksir kalau lihat tampilan Saya yang nggak ayu untuk ukuran cewek.
Eits, jangan salah. Saya manusia normal Bung…Saya tetaplah wanita dengan segala kodratnya. Layaknya wanita normal lainnya, Saya juga cukup tergetar saat tidak sengaja beradu pandang dengan Si B. Untungnya…Saya bisa menyembunyikan perasaan Saya dengan rapi. Mungkin perasaan ini muncul karena sebenernya Saya dan si B juga sama-sama jail di kelas. Jadi interaksi kami lebih intens. Bener banget pepatah Jawa bahwa : witing tresno, jalaran soko kulino ledek-ledekan and jail-jailan ini lebih tepatnya untuk ‘kasus Saya’. Sebenarnya saya juga belum bisa mendefinisikan rasa Saya terhadap si B. Entahlah..yang pasti, Saya merasa normal sebagai wanita saat berhadapan dengan si B. Mendadak Saya jadi salah tingkah, malu dan kikuk…untung banget..lagi-lagi temen akrabku pun nggak ada yang tahu. Pun juga si B..dan Saya pun juga tidak terlalu perduli dengan perasaan si B saat itu.