Kemudahan
mengakses internet sekarang ini membuat dunia terasa menjadi demikian
sempitnya. Tak harus punya gadget canggih, hp biasa sekalipun asalkan ada
fasilitas GPRS dan terisi pulsa tentunya, sudah bisa membuat kita terhubung
dengan dunia maya. Aktifitas online pun seolah menjadi gaya hidup masa kini.
Tak perlu berpanas-panas ria, berjalan berjam-jam mengunjungi sebuah mall hanya
untuk mencari baju idaman. Semuanya kini tidak tak perlu lagi anda rasakan.
Cukup duduk manis, buka internet langsung klik mesin pencari (search engine) seperti Google
dan ketikkan nama barang yang anda inginkan kemudian Klik ENTER. Nggak pake lama berderet-deret situs akan muncul menjajakan barang yang
anda cari. Anda tinggal memilih-milih dan mencari yang cocok kemudian kontak
langsung penjual untuk negosiasi harga selanjutnya transfer uang sejumlah harga
yang disepakati terus tinggal duduk manis menunggu barang idaman datang. Sederhana
dan mudah bukan ?
Tentu saja,
meski terlihat mudah anda harus berhati-hati. Kejahatan pun ternyata juga ada
di dunia maya. Kalau anda tidak jeli, bisa-bisa anda membeli di sebuah situs
abal-abal yang hanya mengeruk uang anda selanjutnya kabur dan anda hanya bisa
melongo karena barang idaman tak kunjung datang. Saya pribadi memulai aktifitas
belanja online sejak 2008, waktu itu
menjelang hari pernikahan. Belanjanya pun di mantan teman kost saya jaman kuliahan yang kebetulan menjual
barang-barang yang saya inginkan. Jual beli online sangat mengutamakan
kepercayaan, walaupun temen saya berjualan dengan menggunakan blog gratisan (waktu
itu masih booming-boomingnya multiply). Di saat orang-orang hanya
mengisi multiply-nya dengan curhat
pribadi, temen saya cerdik memakainya sebagai alat pajang dagangan. Karena
secara pribadi saya mengenalnya dengan baik, maka saya pun berani belanja ke dia.
Kebetulan dia menjual gamis muslimah yang sedang saya cari. Persiapan pernikahan
yang saya lakukan sendiri membuat saya sangat berterima kasih kepada temen saya
ini. Cukup melihat gambar gamis yang dia
pajang, kemudian mentransfer sejumlah uang dengan “harga teman=harga diskon”
saya sudah mengirit waktu berrjam-jam kalau saya mencarinya di mall yang waktu
itu gamis muslimah masih sangat susah dicari.
Selanjutnya
belanja online secara serius baru
saya lakukan di tahun 2009, saat anak pertama saya lahir. Kondisi baru punya
anak dengan nol pengalaman, sementara di rumah saya sendirian hanya berdua
dengan suami membuat saya gampang capek dan saya tidak mood kalau harus belanja ke luar rumah. Internet menjadi andalan
saya. Kebetulan saat itu saya juga sedang mencari barang yang susah dicari di
dunia offline di daerah saya tinggal.
Semua ibu pasti ingin memberikan yang terbaik untuk anaknya termasuk saya.
Sebagai ibu yang juga bekerja di luar rumah, saya bertekad memberikan ASI full kepada anak saya, terutama di 6
bulan pertama kehidupannya. Tentu saja di saat saya tidak bersama dengan anak,
saya harus punya stok ASI yang banyak untuk mencukupi kebutuhan anak saya. Dari
hasil browsingan di internet,
berdasarkan pengalaman ibu-ibu bekerja yang sukses memberi ASI kepada anaknya,
ternyata seorang ibu harus punya alat tempur tersendiri untuk menjaga stok ASI.
Yup, salah satu alat tempur yang
harus dimiliki adalah Pompa Asi. Alat inilah yang pertama kali saya beli
melalui jual beli online di internet.