Wednesday, October 31, 2012

“ Aku....Ingin...seperti Ibuku...”

“ Sampai minggu depan ya..jangan lupa tugasnya, kalian boleh menuliskan apa saja tentang Ibu kalian..asalkan temanya: ibuku idolaku..” sambil berkemas mengakhiri pelajaran, Bu Ratih memberi tugas kepada kami.
“ Ah..aku akan menulis apa ya..tentang ibuku..” desah Rika dalam hati.
“ Bu, apa boleh kami menulis puisi? “ celetuk Disti temanku, kebetulan dia hobi banget bikin puisi.
“ Boleh..oh ya, anak-anak semua...kalian boleh menuliskannya dalam bentuk puisi, pantun, surat, artikel ataupun cerpen..yang jelas tulisan kalian mencerminkan, betapa kalian sangat mengidolakan ibu kalian..tulisan terbaik, akan ibu calonkan mewakili sekolah ini untuk mengikuti lomba menulis untuk ibu..di tingkat kecamatan, hadiahnya lumayan lho..beasiswa pendidikan sampai lulus tingkat SLTP kelak..ayo semuanya manfaatkan waktu seminggu ini dengan sebaik-baiknya ya..” Bu Ratih menjelaskan panjang lebar.
“ Ya...Bu..” kami menjawab serentak.
Seiring bel berbunyi tanda pelajaran hari itu selesai. Anak-anak SDN 01 Melati berhamburan keluar kelas, pulang ke rumah masing-masing. Siang yang terik, membuat langkah ingin cepat sampai di rumah, perut yang lapar dan rasa haus makin mempercepat langkah-langkah mereka. Tak terkecuali Rika, setengah berlari dia menuju tempat parkir di belakang sekolah, mengambil sepeda mini warna biru yang sudah setia menemaninya ke sekolah sejak dua tahun lalu. Hadiah dari Ayahnya karena dia bisa masuk 10 besar di kelasnya waktu itu.Sebetulnya jarak sekolah ke rumahnya lumayan jauh, sekitar 2.5 Km. Jika ditempuh dengan naik angkot kira-kira 10 menit sampai, tapi dengan bersepeda dibutuhkan waktu sekitar 25 menit sampai ke sekolah. Jadilah, sepeda mini biru itu menemaninya hingga Rika kelas VI sekarang.
ooOOoo
            “ Aku...pulang..” seru Rika riang sambil meletakkan sepeda mininya di samping rumah.
            “ Ibu...aku..pulang......” teriak Rika sambil memanggil Ibunya.
            “ Ya...ya..cepat ganti pakaian, sayur asem dan lalap kesukaanmu sudah menunggu di meja tuh...” jawab Ibunya sabar.
            “ Wah...asyik...ada ikan asinnya juga ga Bu..? “
            “ Ya...tentu saja, Ibu ga mungkin lupa makanan kesukaanmu..ayo, cepat makan mumpung masih hangat..”
            “ Beres Bu.....”
            Begitu rutinitas Rika setiap harinya, bergegas pulang ke rumah saat bel tanda usai pelajaran berbunyi dan sesampainya di rumah, langsung disambut makanan kesukaannya.
ooOOoo
            Hari ketiga sejak tugas Bu Ratih. Saat istirahat sekolah.
            “ Rika, kamu nanti mau nulis apa tentang Ibumu? “ tanya Windy teman sebangku Rika.
            “ Ehm...entahlah, sampai hari ini aku belum tahu harus menulis apa tentang Ibuku.., aku bingung..” jawab Rika lesu. Hampir tiap hari Rika memikirkan tugas Bu Ratih, dia belum menemukan apa-apa yang menarik dari Ibunya untuk ditulis.
            “ Wah..kenapa bingung..aku pikir setiap anak di dunia pasti mengidolakan Ibunya, mereka semua pasti bangga dengan Ibunya..kamu juga pasti bangga kan sama Ibumu? “
            “ Entahlah..aku bener-bener bingung..rasanya tak ada yang bisa dibanggakan dari Ibuku..kamu kan tahu sendiri, Ibuku hanya orang rumahan..ga ada hebat-hebatnya, ga seperti Ibumu yang jadi Dosen, atau Ibunya Disti yang Pengacara, atau Ibunya Agni yang Peneliti..kalian pasti punya cerita hebat yang bisa kalian tulis tentang Ibu kalian..sedang aku..aku mau menulis apa ? “ sungut Rika kesal.
            “ Lho..lho..kok jadi membanding-bandingkan begitu, ga baik ah..aku yakin pasti ada hal baik yang bisa kamu banggakan tentang Ibumu..aku sih memang belum mengenal Ibumu, tapi..aku cuma yakin kalo setiap anak di dunia seharusnya bangga dengan Ibunya masing-masing, alangkah sedihnya mereka..para Ibu, kalo anaknya sendiri tidak mengidolakannya..bukan begitu? Maaf Rika, aku tak bermaksud...”
            “ Sudahlah...ga usah kau lanjutkan ceramahmu, aku makin pusing..kamu ngomong begitu, karena Ibumu ga seperti Ibuku kan? Aku tau kok..seandainya Ibumu juga seperti Ibuku..pasti kamu ga akan ngomong begini..iya kan ?” potong Rika, dia marah rupanya.
            “ Rika...maafkan aku, tapi..aku memang tak bermaksud begitu..aku hanya...”
            “ Ya...ya...makasih atas nasehatmu..” lagi-lagi Rika memotong penjelasan Windy bersamaan dengan bunyi bel istirahat usai. Itu artinya pelajaran akan dimulai kembali. Rika masih bersungut-sungut, dia masih kesal sama Windy. Sepanjang sisa pelajaran hari itu sampai bel akhir pelajaran, mereka saling diam. Rika benar-benar kesal, dia tak menggubris permintaan maaf Windy.
            “ Ah.......bener-bener menyebalkan..dasar tugas sialan....mana tugas wajib lagi..huh...aku harus nulis apa dong..” geram Rika dalam hati.
ooOOoo
            “ Brakkkkk...” Suara sepeda terjatuh.
            “ Rika..kamukah itu Nak...? ”
            Tak ada jawaban.
            “ Brakkkk...” kali ini suara pintu terbanting.
            Uh.....dasar tugas sialan..dasar Windy sialan..dasar semua sialan...sebel..sebel...”
            “ Lho...lho..ada apa Nak..datang-datang kok langsung marah-marah..ada apa ini? Tidak biasanya kamu seperti ini ? “ Ibu Rika tergopoh-gopoh menyambut Rika.
            “ Ayo Nak, lekas ganti pakaianmu..terus kita makan..nanti Rika cerita sama Ibu ya..ada apa sebenarnya..ga biasanya kamu uring-uringan begini..”
            Masih bersungut-sungut Rika menuruti perintah Ibunya..masuk kamar dan berganti pakaian selanjutnya menghampiri Ibunya yang sudah menunggunya di meja makan.
            “ Kenapa sih Ibu cuma jadi ibu rumah tangga saja..kenapa sih ibu ga seperti Ibunya Windy, Disti, atau Agni..mereka semua ibu-ibu yang keren..jadi Dosen, Pengacara, Peneliti...sedang ibu..hanya ibu rumah tangga biasa..ah, apa bangganya..lalu untuk apa ibu dulu sekolah tinggi sampai sarjana, kalo akhirnya jadi ibu rumah tangga saja..ga usah sekolah kan bisa Bu, kalo cuma jadi ibu rumah tangga..? berondong Rika kepada Ibunya..dia ingin menumpahkan kekesalannya. Rika menganggap kesalahan Ibunya karena hingga sekarang ini dia masih belum bisa mengerjakan tugas dari Bu Ratih.
            “ Semua...gara-gara ibu, coba ibu bekerja, kan...Rika ga perlu pusing gini..”
            “ Lho...lho..satu-satu dong bicaranya..sekarang kita makan dulu saja ya..kamu pasti lapar sekali..baru nanti kamu ceritakan masalahmu sama Ibu..ya..ayo kita makan..” Ibu menanggapi pertanyaan Rika dengan sabar. Rika menurut, tapi tetap saja terburu-buru. Dia tidak sabar menanti jawaban Ibunya.
ooOOoo
            “ Oh..jadi kamu bingung memikirkan tugas Bu Ratih ? “
            “ Rika malu sama Ibu...hanya karena Ibumu ini hanya seorang Ibu rumah tangga saja...sungguh, Ibu sangat sedih Nak...”
            “ Bukan begitu maksud Rika Bu...tolong mengertilah...Rika hanya bingung dan pusing memikirkan tugas Bu Ratih, nanti Rika harus menulis apa tentang Ibu...Rika hanya tidak ingin teman-teman nanti menertawakan Rika, Rika tidak ingin teman-teman nanti meremehkan Ibu..maafkan Rika Bu..”
            “ Rika, percayalah...setiap Ibu di dunia pasti hanya ingin berbuat yang terbaik untuk anaknya...termasuk Ibumu ini..Ibu hanya ingin mencurahkan seluruh kasih sayang dan perhatian Ibu untukmu Nak..Ibu ingin, setiap saat kamu perlu dan butuh sama Ibu, Ibu akan selalu ada di sisimu..menemanimu...Ibu hanya ingin, jika kamu pulang sekolah..Ibulah orang yang pertama kamu temui..apa ini salah? Rika malu sama Ibu ? Ibu sungguh tidak ingin melewatkan waktu sedetikpun untuk selalu bersamamu, mendidikmu, mengajarimu, mendampingimu sampai Rika dewasa, sampai tanggung jawab Ibu beralih saat kelak Rika menikah nanti... tolong, jangan paksa Ibu mengurangi perhatian penuh padamu...Ibu akan merasa sangat berdosa, Rika masih malu sama Ibu...? “ Ada bening air di sudut mata Ibu saat berbicara. Ah...Rika jadi merasa bersalah, dia telah membuat Ibunya menangis. Benar kata Windy, semua ibu di dunia pasti akan merasa sedih..jika anak-anaknya tidak bangga padanya. Bahkan, Ibunya pun sampai menangis. Ah...Rika makin merasa bersalah.
            “ Rika...kamu harus tahu Nak, tidak ada cela seseorang yang memilih menjadi Ibu rumah tangga..tidak salah juga andai mereka adalah orang-orang yang berpendidikan tinggi..seorang Ibu juga harus pandai bukan? Ilmu itu sangat penting..sebagai bekal hidup nantinya baik sebagai individu maupun anggota masyarakat...ilmu juga sangat penting buat bekal jadi Ibu...jadi selagi ada kesempatan..kenapa tidak dimanfaatkan? Rika pasti setuju...dibalik nama-nama besar seseorang, ada jasa seorang Ibu disana...karena didikan seorang Ibulah..karena pengorbanan seorang Ibulah..akan lahir generasi-generasi yang sholeh, cerdas, dan patut dibanggakan..seperti Ibu ingin melakukannya untukmu Nak..jadi bukan kesalahan jika seorang sarjana memilih menjadi ibu rumah tangga...satu hal yang pasti, setiap Ibu di dunia, pasti ingin melakukan yang terbaik untuk anaknya..dengan apa adanya..dengan segenap kemampuannya. Kamu mengerti Nak..? “ lembut Ibu membelai kepala Rika. Rika makin tergugu. Dia benar-benar menyesal.
            “ Rika mengerti Bu...maafkan Rika...Rika hanya khawatir teman-teman nanti meremehkan Ibu..”
            “ Lho...jangan berburuk sangka dulu..jangan-jangan..malah Rika sendiri yang malu sama Ibu..Rika yang meremeh...”
            “ Sudah...sudah...Bu...,” potong Rika ” Rika minta maaf...Rika yang salah...sekarang Rika mengerti dan...Rika sudah tahu apa yang akan Rika tulis tentang Ibu..”
            “ Bener...Nih...wah, Ibu nanti jadi terkenal dong...”  
Ibu dan Rika tertawa bersama.
“ Eh..tapi...Ibu kok rapi sekali...hayo mau kemana nih, kok ga ngajak-ngajak Rika? “ Rika baru tersadar melihat penampilan Ibunya. Siang itu Ibu tampil lebih rapi dari biasanya, seperti akan menghadiri suatu acara. Sejak pulang sekolah tadi dia hanya pusing dan bingung memikirkan masalahnya sendiri. Apalagi kalo bukan masalah tugas dari Bu Ratih.
“ Wah...anak Ibu jadi pikun rupanya...waktu Rika pamit berangkat sekolah tadi pagi, Ibu kan...sudah bilang...kalo jam 2 nanti Ibu diundang rapat...rapat ibu-ibu kompleks untuk penggalangan dana bagi para korban banjir...kebetulan mereka mempercayakan Ibu sebagai ketuanya...Ibu khawatir ga sempet ketemu kamu..eh, pulang sekolah..kok...Rika malah uring-uringan...ya, jadinya Ibu dengerin curhat kamu dulu deh...untung saja rapatnya diundur 1 jam...Lho...lho...sekarang jam berapa ya? Mudah-mudahan waktunya cukup..Ibu harus segera berangkat..masak ketuanya datang terlambat..? Ibu mulai panik. Rika tersenyum.
ooOOoo
Putri Kirana, nama Ibuku. Lulusan terbaik di angkatannya, memilih menjadi Ibu rumah tangga saja saat aku mulai hadir di dunia. Tentu saja, ini atas persetujuan Ayahku...kata Ayahku, biarlah Ibu di rumah saja total mendidikku...Ayah masih mampu menghidupi kami, menghidupi Ibuku dan aku anaknya..Ah...aku bangga padanya..Sekalipun di rumah saja, ibuku tetap bisa berkarya. Ibuku  juga aktif di kegiatan-kegiatan sosial di lingkungannya. Beberapa kali Ibu dipilih sebagai ketua. Satu lagi...kegiatan ibu yang belakangan baru kutahu...saat aku membuka-buka folder Ibu di komputer mejaku. Ibuku rajin sekali memberikan kritikan dan masukan untuk kemajuan negeri tercinta..menuju Indonesia lebih baik kata Ibuku...melalui tulisan yang dikirimkan nya melalui berbagai media. Ah...aku ingin seperti Ibu...Rika tersenyum..dia sudah tahu apa yang harus dia tulis tentang Ibunya.
ooOOoo

No comments:

Post a Comment