“
Sampai minggu depan ya..jangan lupa tugasnya, kalian boleh menuliskan
apa saja tentang Ibu kalian..asalkan temanya: ibuku idolaku..” sambil
berkemas mengakhiri pelajaran, Bu Ratih memberi tugas kepada kami.
“ Ah..aku akan menulis apa ya..tentang ibuku..” desah Rika dalam hati.
“ Bu, apa boleh kami menulis puisi? “ celetuk Disti temanku, kebetulan dia hobi banget bikin puisi.
“
Boleh..oh ya, anak-anak semua...kalian boleh menuliskannya dalam bentuk
puisi, pantun, surat, artikel ataupun cerpen..yang jelas tulisan kalian
mencerminkan, betapa kalian sangat mengidolakan ibu kalian..tulisan
terbaik, akan ibu calonkan mewakili sekolah ini untuk mengikuti lomba
menulis untuk ibu..di tingkat kecamatan, hadiahnya lumayan lho..beasiswa
pendidikan sampai lulus tingkat SLTP kelak..ayo semuanya manfaatkan
waktu seminggu ini dengan sebaik-baiknya ya..” Bu Ratih menjelaskan
panjang lebar.
Seiring
bel berbunyi tanda pelajaran hari itu selesai. Anak-anak SDN 01 Melati
berhamburan keluar kelas, pulang ke rumah masing-masing. Siang yang
terik, membuat langkah ingin cepat sampai di rumah, perut yang lapar dan
rasa haus makin mempercepat langkah-langkah mereka. Tak terkecuali
Rika, setengah berlari dia menuju tempat parkir di belakang sekolah,
mengambil sepeda mini warna biru yang sudah setia menemaninya ke sekolah
sejak dua tahun lalu. Hadiah dari Ayahnya karena dia bisa masuk 10
besar di kelasnya waktu itu.Sebetulnya jarak sekolah ke rumahnya lumayan
jauh, sekitar 2.5 Km. Jika ditempuh dengan naik angkot kira-kira 10
menit sampai, tapi dengan bersepeda dibutuhkan waktu sekitar 25 menit
sampai ke sekolah. Jadilah, sepeda mini biru itu menemaninya hingga Rika
kelas VI sekarang.
ooOOoo
“ Aku...pulang..” seru Rika riang sambil meletakkan sepeda mininya di samping rumah.
“ Ibu...aku..pulang......” teriak Rika sambil memanggil Ibunya.
“ Ya...ya..cepat ganti pakaian, sayur asem dan lalap kesukaanmu sudah menunggu di meja tuh...” jawab Ibunya sabar.
“ Wah...asyik...ada ikan asinnya juga ga Bu..? “
“ Ya...tentu saja, Ibu ga mungkin lupa makanan kesukaanmu..ayo, cepat makan mumpung masih hangat..”
“ Beres Bu.....”
Begitu
rutinitas Rika setiap harinya, bergegas pulang ke rumah saat bel tanda
usai pelajaran berbunyi dan sesampainya di rumah, langsung disambut
makanan kesukaannya.
ooOOoo
Hari ketiga sejak tugas Bu Ratih. Saat istirahat sekolah.
“ Rika, kamu nanti mau nulis apa tentang Ibumu? “ tanya Windy teman sebangku Rika.
“
Ehm...entahlah, sampai hari ini aku belum tahu harus menulis apa
tentang Ibuku.., aku bingung..” jawab Rika lesu. Hampir tiap hari Rika
memikirkan tugas Bu Ratih, dia belum menemukan apa-apa yang menarik dari
Ibunya untuk ditulis.
“
Wah..kenapa bingung..aku pikir setiap anak di dunia pasti mengidolakan
Ibunya, mereka semua pasti bangga dengan Ibunya..kamu juga pasti bangga kan sama Ibumu? “
“ Entahlah..aku bener-bener bingung..rasanya tak ada yang bisa dibanggakan dari Ibuku..kamu kan tahu sendiri, Ibuku hanya orang rumahan..ga ada hebat-hebatnya, ga
seperti Ibumu yang jadi Dosen, atau Ibunya Disti yang Pengacara, atau
Ibunya Agni yang Peneliti..kalian pasti punya cerita hebat yang bisa
kalian tulis tentang Ibu kalian..sedang aku..aku mau menulis apa ? “
sungut Rika kesal.
“ Lho..lho..kok jadi membanding-bandingkan begitu, ga baik ah..aku yakin pasti ada hal baik yang bisa kamu banggakan tentang Ibumu..aku sih memang belum mengenal Ibumu, tapi..aku cuma yakin kalo setiap anak di dunia seharusnya bangga dengan Ibunya masing-masing, alangkah sedihnya mereka..para Ibu, kalo anaknya sendiri tidak mengidolakannya..bukan begitu? Maaf Rika, aku tak bermaksud...”
“ Sudahlah...ga usah kau lanjutkan ceramahmu, aku makin pusing..kamu ngomong begitu, karena Ibumu ga seperti Ibuku kan? Aku tau kok..seandainya Ibumu juga seperti Ibuku..pasti kamu ga akan ngomong begini..iya kan ?” potong Rika, dia marah rupanya.
“ Rika...maafkan aku, tapi..aku memang tak bermaksud begitu..aku hanya...”
“
Ya...ya...makasih atas nasehatmu..” lagi-lagi Rika memotong penjelasan
Windy bersamaan dengan bunyi bel istirahat usai. Itu artinya pelajaran
akan dimulai kembali. Rika masih bersungut-sungut, dia masih kesal sama
Windy. Sepanjang sisa pelajaran hari itu sampai bel akhir pelajaran,
mereka saling diam. Rika benar-benar kesal, dia tak menggubris
permintaan maaf Windy.
“ Ah.......bener-bener menyebalkan..dasar tugas sialan....mana tugas wajib lagi..huh...aku harus nulis apa dong..” geram Rika dalam hati.
ooOOoo
“ Brakkkkk...” Suara sepeda terjatuh.
“ Rika..kamukah itu Nak...? ”
Tak ada jawaban.
“ Brakkkk...” kali ini suara pintu terbanting.
“ Uh.....dasar tugas sialan..dasar Windy sialan..dasar semua sialan...sebel..sebel...”
“
Lho...lho..ada apa Nak..datang-datang kok langsung marah-marah..ada apa
ini? Tidak biasanya kamu seperti ini ? “ Ibu Rika tergopoh-gopoh
menyambut Rika.
“ Ayo Nak, lekas ganti pakaianmu..terus kita makan..nanti Rika cerita sama Ibu ya..ada apa sebenarnya..ga biasanya kamu uring-uringan begini..”
Masih
bersungut-sungut Rika menuruti perintah Ibunya..masuk kamar dan
berganti pakaian selanjutnya menghampiri Ibunya yang sudah menunggunya
di meja makan.
“ Kenapa sih Ibu cuma jadi ibu rumah tangga saja..kenapa sih ibu ga seperti Ibunya Windy, Disti, atau Agni..mereka semua ibu-ibu yang keren..jadi
Dosen, Pengacara, Peneliti...sedang ibu..hanya ibu rumah tangga
biasa..ah, apa bangganya..lalu untuk apa ibu dulu sekolah tinggi sampai
sarjana, kalo akhirnya jadi ibu rumah tangga saja..ga usah sekolah kan bisa Bu, kalo cuma
jadi ibu rumah tangga..? berondong Rika kepada Ibunya..dia ingin
menumpahkan kekesalannya. Rika menganggap kesalahan Ibunya karena hingga
sekarang ini dia masih belum bisa mengerjakan tugas dari Bu Ratih.
“ Semua...gara-gara ibu, coba ibu bekerja, kan...Rika ga perlu pusing gini..”
“ Lho...lho..satu-satu dong bicaranya..sekarang
kita makan dulu saja ya..kamu pasti lapar sekali..baru nanti kamu
ceritakan masalahmu sama Ibu..ya..ayo kita makan..” Ibu menanggapi
pertanyaan Rika dengan sabar. Rika menurut, tapi tetap saja
terburu-buru. Dia tidak sabar menanti jawaban Ibunya.
ooOOoo
“ Oh..jadi kamu bingung memikirkan tugas Bu Ratih ? “
“ Rika malu sama Ibu...hanya karena Ibumu ini hanya seorang Ibu rumah tangga saja...sungguh, Ibu sangat sedih Nak...”
“
Bukan begitu maksud Rika Bu...tolong mengertilah...Rika hanya bingung
dan pusing memikirkan tugas Bu Ratih, nanti Rika harus menulis apa
tentang Ibu...Rika hanya tidak ingin teman-teman nanti menertawakan
Rika, Rika tidak ingin teman-teman nanti meremehkan Ibu..maafkan Rika
Bu..”
“
Rika, percayalah...setiap Ibu di dunia pasti hanya ingin berbuat yang
terbaik untuk anaknya...termasuk Ibumu ini..Ibu hanya ingin mencurahkan
seluruh kasih sayang dan perhatian Ibu untukmu Nak..Ibu ingin, setiap
saat kamu perlu dan butuh sama Ibu, Ibu akan selalu ada di
sisimu..menemanimu...Ibu hanya ingin, jika kamu pulang sekolah..Ibulah
orang yang pertama kamu temui..apa ini salah? Rika malu sama Ibu ? Ibu
sungguh tidak ingin melewatkan waktu sedetikpun untuk selalu bersamamu,
mendidikmu, mengajarimu, mendampingimu sampai Rika dewasa, sampai
tanggung jawab Ibu beralih saat kelak Rika menikah nanti... tolong,
jangan paksa Ibu mengurangi perhatian penuh padamu...Ibu akan merasa
sangat berdosa, Rika masih malu sama Ibu...? “ Ada bening air di sudut
mata Ibu saat berbicara. Ah...Rika jadi merasa bersalah, dia telah
membuat Ibunya menangis. Benar kata Windy, semua ibu di dunia pasti akan
merasa sedih..jika anak-anaknya tidak bangga padanya. Bahkan, Ibunya
pun sampai menangis. Ah...Rika makin merasa bersalah.
“
Rika...kamu harus tahu Nak, tidak ada cela seseorang yang memilih
menjadi Ibu rumah tangga..tidak salah juga andai mereka adalah
orang-orang yang berpendidikan tinggi..seorang Ibu juga harus pandai
bukan? Ilmu itu sangat penting..sebagai bekal hidup nantinya baik
sebagai individu maupun anggota masyarakat...ilmu juga sangat penting
buat bekal jadi Ibu...jadi selagi ada kesempatan..kenapa tidak
dimanfaatkan? Rika pasti setuju...dibalik nama-nama besar seseorang, ada
jasa seorang Ibu disana...karena didikan seorang Ibulah..karena
pengorbanan seorang Ibulah..akan lahir generasi-generasi yang sholeh,
cerdas, dan patut dibanggakan..seperti Ibu ingin melakukannya untukmu
Nak..jadi bukan kesalahan jika seorang sarjana memilih menjadi ibu rumah
tangga...satu hal yang pasti, setiap Ibu di dunia, pasti ingin
melakukan yang terbaik untuk anaknya..dengan apa adanya..dengan segenap
kemampuannya. Kamu mengerti Nak..? “ lembut Ibu membelai kepala Rika.
Rika makin tergugu. Dia benar-benar menyesal.
“ Rika mengerti Bu...maafkan Rika...Rika hanya khawatir teman-teman nanti meremehkan Ibu..”
“ Lho...jangan berburuk sangka dulu..jangan-jangan..malah Rika sendiri yang malu sama Ibu..Rika yang meremeh...”
“
Sudah...sudah...Bu...,” potong Rika ” Rika minta maaf...Rika yang
salah...sekarang Rika mengerti dan...Rika sudah tahu apa yang akan Rika
tulis tentang Ibu..”
“ Bener...Nih...wah, Ibu nanti jadi terkenal dong...”
Ibu dan Rika tertawa bersama.
“ Eh..tapi...Ibu kok rapi sekali...hayo mau kemana nih, kok ga ngajak-ngajak
Rika? “ Rika baru tersadar melihat penampilan Ibunya. Siang itu Ibu
tampil lebih rapi dari biasanya, seperti akan menghadiri suatu acara.
Sejak pulang sekolah tadi dia hanya pusing dan bingung memikirkan
masalahnya sendiri. Apalagi kalo bukan masalah tugas dari Bu Ratih.
“ Wah...anak Ibu jadi pikun rupanya...waktu Rika pamit berangkat sekolah tadi pagi, Ibu kan...sudah bilang...kalo
jam 2 nanti Ibu diundang rapat...rapat ibu-ibu kompleks untuk
penggalangan dana bagi para korban banjir...kebetulan mereka
mempercayakan Ibu sebagai ketuanya...Ibu khawatir ga sempet ketemu kamu..eh, pulang sekolah..kok...Rika malah uring-uringan...ya, jadinya Ibu dengerin curhat kamu dulu deh...untung
saja rapatnya diundur 1 jam...Lho...lho...sekarang jam berapa ya?
Mudah-mudahan waktunya cukup..Ibu harus segera berangkat..masak ketuanya datang terlambat..? Ibu mulai panik. Rika tersenyum.
ooOOoo
Putri
Kirana, nama Ibuku. Lulusan terbaik di angkatannya, memilih menjadi Ibu
rumah tangga saja saat aku mulai hadir di dunia. Tentu saja, ini atas
persetujuan Ayahku...kata Ayahku, biarlah Ibu di rumah saja total
mendidikku...Ayah masih mampu menghidupi kami, menghidupi Ibuku dan aku
anaknya..Ah...aku bangga padanya..Sekalipun di rumah saja, ibuku tetap
bisa berkarya. Ibuku juga aktif
di kegiatan-kegiatan sosial di lingkungannya. Beberapa kali Ibu dipilih
sebagai ketua. Satu lagi...kegiatan ibu yang belakangan baru
kutahu...saat aku membuka-buka folder Ibu di komputer mejaku. Ibuku
rajin sekali memberikan kritikan dan masukan untuk kemajuan negeri
tercinta..menuju Indonesia lebih baik kata Ibuku...melalui tulisan yang
dikirimkan nya melalui berbagai media. Ah...aku ingin seperti Ibu...Rika
tersenyum..dia sudah tahu apa yang harus dia tulis tentang Ibunya.
ooOOoo
No comments:
Post a Comment